TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine mengungkap bahwa anak-anak lebih kecil kemungkinannya terinfeksi virus corona atau, jika terinfeksi, mungkin menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa. Wabah ini pertama kali dilaporkan pada 31 Desember, tapi tidak ada anak di bawah 15 tahun yang didiagnosis hingga 22 Januari.
Menutip laman Science Alert, Rabu, 5 Februari 2020, dokter mencatat beberapa kasus yang menyerang anak-anak: seorang gadis berusia 9 bulan di Beijing, seorang anak di Jerman yang ayahnya didiagnosis lebih dulu, dan seorang anak di Shenzhen, Cina, yang terinfeksi, tapi ditampilkan tanpa gejala.
Sedangkan, pada Rabu kemarin, otoritas Cina mengkonfirmasi bahwa seorang bayi di Wuhan, Cina, telah dites positif terkena virus 30 jam setelah dilahirkan—ibu bayi adalah pasien virus corona. Namun, sebagian besar anak-anak tampaknya tidak terlalu rentan terhadap virus yang dijuluki 2019-nCoV itu.
Ahli penyakit menular dari Yale School of Medicine menjelaskan, dari semua yang dilihat, dan untuk alasan yang belum jelas tampaknya virus ini lebih berdampak pada orang dewasa. “Beberapa laporan yang keluar sejauh ini dari Cina, berasal dari rumah sakit dewasa dan bukan rumah sakit anak, jadi mungkin saja kita belum melihat data itu,” katanya kepada Business Insider.
Per hari ini, virus yang mirip dengan SARS itu sudah menyebabkan 565 orang meninggal, tapi sebanyak 1.219 terselamatkan, dengan total yang terinfeksi 28.292 kasus terkonfirmasi di 27 negara.
Jumlah kasus yang rendah di antara anak-anak adalah hal yang baik, menurut para ahli kesehatan. Karena anak-anak cenderung mencuci tangan, menutupi mulut, dan menahan diri dari menyentuh orang lain atau perilaku yang dapat menyebarkan kuman.
"Jika kita dapat melindungi anak-anak. Satu, itu baik untuk mereka, yang kedua, itu baik untuk penduduk," tutur Aaron Milstone, ahli epidemiologi dan profesor pediatri di Universitas Johns Hopkins. Dia menambahkan, “Jika itu menembus populasi anak-anak, itu mungkin akan memperkuat wabah."
Gejala dari virus corona baru mirip dengan yang berhubungan dengan pneumonia atau flu, seperti demam, batuk, menggigil, sakit kepala, kesulitan bernapas, dan sakit tenggorokan. Dalam kasus virus SARS juga tidak banyak anak yang terinfeksi.
Virus SARS telah menewaskan 774 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 antara November 2002 dan Juli 2003. Ada juga beberapa kasus SARS di antara anak-anak, hanya 80 kasus yang dikonfirmasi laboratorium dan 55 masih diduga terinfeksi. Sebagian besar anak-anak itu mengalami demam, dan beberapa batuk atau muntah juga.
Dalam laporan 2007, para ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menentukan bahwa anak-anak yang berusia 12 tahun atau lebih muda menunjukkan gejala SARS yang lebih ringan daripada orang dewasa. Tidak ada anak atau remaja yang meninggal karena virus, dan hanya ada satu contoh di mana seorang anak menularkan SARS ke orang lain.
Dalam wabah virus corona saat ini, ada dua penjelasan mengapa begitu sedikit anak yang jatuh sakit. Pertama mereka cenderung tidak terpapar sejak awal, atau ada sesuatu yang berbeda tentang bagaimana tubuh mereka merespons virus.
"Dugaan saya adalah kurangnya jumlah anak yang dilaporkan karena cara mulainya wabah," tutur David Weber, profesor epidemiologi dan pediatri di University of North Carolina di Chapel Hill.
Pihak berwenang Cina berpikir virus itu pertama kali menyerang manusia di pasar makanan laut di Wuhan tempat hewan hidup dijual. "Tidak banyak anak pergi ke pasar ikan," tambah Weber. Pasar Wuhan ditutup per 1 Januari, dan pejabat setempat sejak itu melarang penjualan hewan hidup di seluruh kota.
SCIENCE ALERT | BUSINESS INSIDER
"Begini" - Google Berita
February 06, 2020 at 04:53PM
https://ift.tt/2SrRfzQ
Anak-anak Lebih Tidak Rentan Virus Corona, Begini Penjelasan Ahli - Tempo
"Begini" - Google Berita
https://ift.tt/2SRqpmF
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment